Rabu, 21 November 2012
Rabu, 03 Oktober 2012
Kamis, 20 September 2012
Film Dokumenter
sumber: http://www.youtube.com/watch?v=PXBst3wK3sw
sumber: http://www.youtube.com/watch?v=Ll6fn_UMFW4
FILSAFAT DAN SEJARAH PENDIDIKAN INDONESIA
Setiap pemikir mempunyai definisi berbeda tentang makna filsafat karena pengertiannya yang begitu luas dan abstrak. Tetapi secara sederhana filsafat dapat dimaknai bersama sebagai suatu sistim nilai-nilai (systems of values) yang luhur yang dapat menjadi pegangan atau anutan setiap individu, atau keluarga, atau kelompok komunitas dan/atau masyarakat tertentu, atau pada gilirannya bangsa dan negara tertentu. Pendidikan sebagai upaya terorganisasi, terencana, sistimatis, untuk mentransmisikan kebudayaan dalam arti luas (ilmu pengetahuan, sikap, moral dan nilai-nilai hidup dan kehidupan, ketrampilan, dll.) dari suatu generasi ke generasi lain. Adapun visi, misi dan tujuannya yang ingin dicapai semuanya berlandaskan suatu filsafat tertentu. Bagi kita sebagai bangsa dalam suatu negara bangsa (nation state) yang merdeka, pendidikan kita niscaya dilandasi oleh filsafat hidup yang kita sepakati dan anut bersama.
Dalam sejarah panjang kita sejak pembentukan kita sebagai bangsa (nation formation) sampai kepada terbentuknya negara bangsa (state formation dan nation state) yang merdeka, pada setiap kurun zaman, pendidikan tidak dapat dilepaskan dari filsafat yang menjadi fondasi utama dari setiap bentuk pendidikan karena menyangkut sistem nilai-nilai (systems of values) yang memberi warna dan menjadi “semangat zaman” (zeitgeist) yang dianut oleh setiap individu, keluarga, anggota-anggota komunitas atau masyarakat tertentu, atau pada gilirannya bangsa dan negara nasional. Landasan filsafat ini hanya dapat dirunut melalui kajian sejarah, khususnya Sejarah Pendidikan Indonesia.
Sebagai komparasi, di negara-negara Eropa (dan Amerika) pada abad ke-19 dan ke-20 perhatian kepada Sejarah Pendidikan telah muncul dari dan digunakan untuk maksud-maksud lebih lanjut yang bermacam-macam, a.l. untuk membangkitkan kesadaran berbangsa, kesadaran akan kesatuan kebudayaan, pengembangan profesional guru-guru, atau untuk kebanggaan terhadap lembaga-lembaga dan tipe-tipe pendidikan tertentu. (Silver, 1985: 2266).
Substansi dan tekanan dalam Sejarah Pendidikan itu bermacam-macam tergantung kepada maksud dari kajian itu: mulai dari tradisi pemikiran dan para pemikir besar dalam pendidikan, tradisi nasional, sistim pendidikan beserta komponen-komponennya, sampai kepada pendidikan dalam hubungannya dengan sejumlah elemen problematis dalam perubahan sosial atau kestabilan, termasuk keagamaan, ilmu pengetahuan (sains), ekonomi, dan gerakan-gerakan sosial. Sehubungan dengan MI semua Sejarah Pendidikan erat kaitannya dengan sejarah intelektual dan sejarah sosial. (Silver, 1985: Talbot, 1972: 193-210)
Esensi
dari pendidikan itu sendiri sebenarnya ialah pengalihan (transmisi)
kebudayaan (ilmu pengetahuan, teknologi, ide-ide dan nilai-nilai
spiritual serta (estetika) dari generasi yang lebih tua kepada generasi yang lebih muda dalam setiap masyarakat atau bangsa. Oleh sebab itu sejarah dari pendidikan mempunyai sejarah yang sama tuanya dengan masyarakat pelakunya sendiri, sejak dari pendidikan informal dalam keluarga batih, sampai kepada pendidikan formal dan non-formal dalam masyarakat agraris maupun industri.
Selama ini Sejarah Pendidikan masih menggunakan pendekatan lama atau “tradisional” yang umumnya diakronis yang kajiannya berpusat pada sejarah dari ide-ide dan pemikir-pemikir besar dalam pendidikan, atau sejarah dan sistem pendidikan dan
lembaga-lembaga, atau sejarah perundang-undangan dan kebijakan umum
dalam bidang pendidikan. (Silver, 1985: 2266) Pendekatan yang umumnya
diakronis ini dianggap statis, sempit serta terlalu melihat ke dalam.
Sejalan dengan perkembangan zaman
dan kemajuan dalam pendidikan beserta segala macam masalah yang timbul
atau ditimbulkannya, penanganan serta pendekatan baru dalam Sejarah
Pendidikan dirasakan sebagai kebutuhan yang mendesak oleh para sejarawan pendidikan kemudian. (Talbot, 1972: 206-207)
Para sejarawan, khususnya sejarawan pendidikan melihat hubungan timbal balik antara pendidikan dan masyarakat; antara penyelenggara pendidikan dengan pemerintah sebagai representasi bangsa dan negara yang merumuskan kebijakan (policy) umum bagi pendidikan nasional. Produk dari pendidikan menimbulkan mobilitas sosial (vertikal maupun horizontal); masalah-masalah yang timbul dalam pendidikan yang dampak-dampaknya (positif ataupun negatif) dirasakan terutama oleh masyarakat pemakai, misalnya, timbulnya golongan menengah yang menganggur karena jenis pendidikan tidak sesuai dengan pasar kerja; atau kesenjangan dalam pemerataan dan mutu pendidikan; pendidikan lanjutan yang hanya dapat dinikmati oleh anak-anak orang kaya dengan pendidikan terminal dari anak-anak yang orang tuanya tidak mampu; komersialisasi pendidikan dalam bentuk yayasan-yayasan dan sebagainya. Semuanya menuntut peningkatan metodologis penelitian dan penulisan sejarah yang lebih baik danipada sebelumnya untuk menangani semua masalah kependidikan ini.
Sehubungan dengan di atas pendekatan Sejarah Pendidikan baru tidak cukup dengan cara-cara diakronis saja. Perlu ada pendekatan metodologis yang baru yaitu a.l,
interdisiplin. Dalam pendekatan interdisiplin dilakukan kombinasi
pendekatan diakronis sejarah dengan sinkronis ilmu-ihmu sosial. Sekarang
ini ilmu-ilmu sosial tertentu seperti antropologi, sosiologi, dan politik telah memasuki “perbatasan” (sejarah) pendidikan dengan “ilmu-ilmu terapan” yang disebut antropologi pendidikan,
sosiologi pendidikan, dan politik pendidikan. Dalam pendekatan ini
dimanfaatkan secara optimal dan maksimal hubungan dialogis “simbiose
mutualistis” antara sejarah dengan ilmu-ilmu sosial.
Sejarah Pendidikan Indonesia dalam arti nasional termasuk relatif baru. Pada zaman pemerintahan kolonial telah juga menjadi perhatian yang diajarkan secara diakronis sejak dari sistem-sistem pendidikan zaman Hindu, Islam, Portugis, VOC, pemerintahan Hindia-Belanda abad ke-19. Kemudian dilanjutkan dengan pendidikan zaman Jepang dan setelah Indonesia merdeka model diakronis ini masih terus dilanjutkan sampai sekarang.
Untuk Sejarah Pendidikan Indonesia mutakhir, substansinya seluruh spektrum pendidikan yang secara temporal pernah berlaku dan masih berlaku di Indonesia; hubungan antara kebijakan pendidikan dengan politik nasional pemerintah, termasuk kebijakan penyusunan dan perubahan kurikulum dengan segala aspeknya yang menyertainya; lembaga-lembaga pendidikan (pemerintah maupun swasta); pendidikan formal dan non-formal; pendidikan umum, khusus dan agama. Singkatnya segala macam makalah yang dihadapi oleh pendidikan di Indonesia dahulu dan sekarang dan melihat prosepeknya ke masa depan. Sejarah sebagai kajian reflektif dapat dimanfaatkan untuk melihat prosepek ke depan meskipun tidak punya pretensi meramal. Dalam setiap bahasan dicoba dilihat filosofi yang melatarinya.
DAFTAR PUSTAKA
Brugmans, LJ. 1938. Geschiedenis van het OnderwUs in Nederlandsch-Indiey Groningen-Batavia: J.B. Wolters.
Church, Robert L. 1971. “History of Education as a Field of Study”, dalam The Encyclopedia of Education. The Macmillan Company & Free Press.
Djojonegoro, Wardiman. 1996. Lima Puluh Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan, Departernen Pendidikan dan Kebudayaan.
Good, Carter V. & Scates, Douglas E. 1954. Methods of Research Educational, Psychological, Sociological. New York: Appleton-Cent uy. Crofts, Inc.
Good, H.G. 1968. A History of Wester1iEducation. 2″d ed. New York: The Macmillan Company.
Hans, Nicholas. 1958. Comparative Education. A Study of Educational Factors and Traditions. London: Routledge & Kegan Paul Limited.
Makmur, Djohan, et.al. 1993. Sejarah Pendidikan di Indonesia Zaman Penjajahan. Jakarta: IDSN.
Meyer, Adolphe E. 1972. An Educational History of the Western World. New York: Magraw -Hill Book Company.
Miller, T.W.G., ed. 1968. Education in South-East Asia. Sidney: Ian Novak.
Poerbakawatja, Soegarda. 1970. Pendidikan Dalam Alam Indonesia Merdeka. Djakarta: PT Ginning Agung.
Silver, H. 1985. “Historiography of Education”, dalarn The International Encyclopedia of Education.
Sjamsuddin, Helms , et.al. 1993. Sejarah Pendidikan di Indonesia Zaman Kemerdekaan (1945-1966). Jakarta: IDSN.
Talbott, John E. 1972. “Education in Intellectual and Social History”, dalam Felix Gilbert & Stephen R. Graubard, ed. Historical Studies Today. New York: W.W.
Tilaar, H.A.R. 1995. 50 Tahun Pembangunan Pendidikan Nasional 1945-1995. Suatu Analisis Kebijakan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Grasindo.
Yunus, Mahmud. 1992. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Mutiara Sumber Widya.
Wal, S.L. van der. 1963. Het Onderwysbeleid in Nederlands-Indie., 1900-1940. Een Bronnenpublikatie. Groningen: J. B. Wolters.
Termasuk: Literatur tentang Pendidikan Taman Siswa, Pendidikan di Kayu Tanam, dll.
SUMBER: http://cdsindonesia.wordpress.com/2008/04/27/filsafat-dan-sejarah-pendidikan-indonesia/
SEJARAH PENDIDIKAN NASIONAL: Dari Masa Klasik Hingga Modern
Pendidikan di Zaman Kerajaan Hindu-Buddha
Dari
catatan sejarah, proses pendidikan di tanah air dibarengi proses
masuknya agama-agama dari luar masuk ke wilayah kita. Kebanyakan sumber
tentang pendidikan di zaman kerajaan Hindu-Budha berasal dari Cina.
Pendidikan tersebut dimulai dengan masuknya peradaban dan agama Hindu
dan Buddha yang bisa kita lihat pada abad ke-5 Masehi melalui wilayah
Kutai, Kalimantan
Dimulai dari
prasasti yang ada di Kutai, isi antara lain menceritakan upacara
pengorbanan terhadap dewa. Upacara tersebut ditujukan agar para raja,
leluhur, dan keturunannya mendapatkan perlindungan dari dewa. Upacara
dilakukan oleh kaum Brahmana. Upara itu menunjukkan adanya ajaran agama
Hindu-Buddha (Soemanto dan Soeyarno, 1983: 25).
Kemudian kita melihat kerajaan di Jawa Barat, Tarumanegara, melalui prasastai batu bertulis di dekat Desa Batutulis, Bogor. Batu bertulis mengabarkan kepada dunia bahwa di situ pernah berdidi sebuah kerajaan bernama Tarumanegara dengan rajanya yang memerintah, Purnawarman. Kerajaan ini diperkirakan berdiri pada abad ke-5 Masehi, sementara agama yang banyak dianut adalah Hindu.
Lalu bagaimana narasi pendidikan saat itu, berkaitan dengan tempat dan waktu, alat-alat tulisnya, murid dan gurunya, serta proses belajarnya? Sayangnya, belum ada sumber kuat dan valid yang bisa menjelaskan hal tersebut. Akan tetapi, dengan adanya bukti prasati tertulis tersebut, sudah dapat dipastikan dan menunjukkan bahwasanya di saat itu sudah mengenal dan bisa baca tulis.
Dari baca tulisnya, bangsa kita sudah mampu berhubungan, bertukar pengetahuan, dan berdagang dengan bangsa lain, antara lain Cina dan India.
*
Jika dilhat dari hurufnya, prasasti Batu Tulis memakai huruf palawa-palawascrift. Asal mula huruf ini berasal dari tanah Hindu. Saat itu kerajaan Tarumanegara telah menjalin hubungan dengan kerajaan luar negeri; Tiongkok, dengan seringnya negara tersebut dutanya ke negara tersebut. Jelas para duta tersebut sudah mendapat pendidikan mengenai keahliannya, berkaitan soal bahasa dan budaya dan tata pemerintahan. Hal demikian membuktikan bahwa pada masa tersebut telah terdapat proses, institusi, kebijakan pendidikan, yang tentunya tidak bisa disamakan dengan konteks sekarang (Bradjanagara, 1954: 10-11).
Kemudian dari sumber I-Tsing dapat diketahu bahwa di Sumatera terdapat kerajaan yang kuat serta berpengaruh bernama Sriwijaya yang pusat pemerintahannya terletak di sekitar Palembang sekarang. I-Tsing dalam perjalanannya dari Kanton ke India pada 671 M singgah lagi di Sriwijaya untuk menyalin dan menerjemahkah kitab-kitab agama Buddha. Karena tidak sanggup mengerjakan pekerjaan raksasa itu sendirian, ia pulang ke Kanton menjemput empat orang untuk membantunya dan dibawa ke Sriwijaya. Di samping kitab-kitab agama yang digarapnya, ia berhasil menulis dua biografi musafir-musafir pendahulunya dan suatu karya berbobot lainnya mengenai pelaksanaan agama Buddha di India dan di Semanjung Melayu. Karya-karya ilmiahnya dikirim ke Cina melalui ulama-musafir pada 692 M. Sedangkan, I-Tsing pulang ke Kanton pada 695 M.
Dari tulisannya dapat diketahui ciri-ciri agama BUddha pada waktu itu. Begitu pula, bahwa Siwijaya adalah pusat ilmu pengetahuan tempat para sarjana dan teolog Buddha sangat dihormati dan dihargai. Oleh sebab itu, para musafir dan ulama senang mendalami ilmu pengethuan di Sriwijaya, baik yang bersumber dari agama Buddha Mahayana maupun Hinayana. Salah seorang di antara tujuh dosen yang mempunyai reputasi internasional adalah Sakyakirti. Sampai kini karya-karya Sakyakirti masih dipelajari orang di Srilanka, Tibet, Kamboja dan Jepang.
*
Seorang mahaguru Sriwijaya yang termasyhur bernama Dharmapala adalah guru besar yang pernah memberikan kuliah-kuliahnya pada "universitas" Nalanda di Benggala (India Utara) selama 30 tahun. Perguruan tinggi yang ada di Siwijaya tidak kalah mutunya dengan yang ada di tanah suci India. Maka dari itu, banyak teolog dan muusafir Buddha belajar pula di Sriwijaya (Depdikbud, 1985: 56-58).
Pada abad ke-7, Dharmapala datang di Sumatera dan memberi pelajaran agama Buddha Mahayana kepada penduduk di daerah tersebut, yang semula menganut Hinayana. Keterangan-keterangan ini diperoleh dari seorang Tiongkok yang bernama I-Tsing, yang pada 672 dan 685 M berdiam di Palembang untuk belajar. Dari ini jelaslah bahwa dasar pendidikan pada waktu itu ialah agama. Atau, dengan perkataan lain, pendidikan memusatkan perhatiannya kepada agama.
Menurut I-Tsing, "universitas" di Sriwijaya dapat menampung beratus-ratus mahasiswa biarawan Buddha dan dapat belajar dengan tenang. Mereka tinggal di asrama-asrama khusus. Sistem dan metode sesuai benar dengan yang ada di India sehingga biarawan Cina dapat belajar di Sriwijaya sebelum melanjutkan studinya ke India (Depdikbud, 1985: 60).
*
Kemudian pada abad ke-8 di Jawa Tengah berdiri Kerajaan Kalingga dengan rajanya bernama Sanjaya. Peninggalan ini berbentuk batu tulis (lingga) yang ditemukan di Desa Canggal (Karesidenan Kedu).
Kemudian kerajaan itu di perintah oleh Raja Rakai Panangkaran dari wangsa Syailendara yang beragama Buddha. Waktu raja ini berkuasa, dibangunlah Candi Borobudur, Candi Sari, dan Candi Kalasan. Di dekat Candi Borobudur tersebut dibangun suatu tempat pendidikan agama Buddha yang dipimpin oleh seorang pendeta terkenal bernama Janabadra. Sekolah ini memakai sistem asrama (biara), yaitu guru dan murid-muridnya tinggal di asrama. Akan tetapi, murid-muridnya hanya dari keluarga raja dan pendeta, rakyat biasa sama sekali tidak dapat mengeyam pendidikan formal (Soemanto dan Soeyarno, 1983: 27).
Di salah satu tembok Candi Borobudur, terlihat suatu lukisan di atas batu, yang menggambarkan suatu sekolah, seperti yang berlaku pada waktu sekarang. Kita melihat pendopo besar dan di tengah-tengah pendopo tampak di mata kita seorang Brahmana, sedang di kanan-kirinya dan dimukanya murid-murid, yang membuat lingkaran. Para siswa-siswa memegang buku, terlihat sedang menerima pelajaran membaca.
Buku apa yang sedang dibaca, tidak dapat diketahu secara pasti. Sistem yang dipakai pada waktu itu ialah sistem asrama. Siswa-siswa berdiam bersama-sama dengan Brahmana (gurunya) dalam suatu rumah. Para pendidik saat itu tidak menerima gaji, seperti zaman sekarang. Hidupnya terjamin oleh para siswanya, yang pada waktu-waktu tertentu memberikan kepadanya apa yang perlu untuk hidupnya.
Para siswa bekerja di samping belajar sehingga mereka dapat menjamin kehidupan gurunya. Buku pelajaran yang dipegang oleh para siswa terbentuk/tersusun dari rangkaian daun lontar, seperti yang sampai sekarang dapat kita lihat di Bali atau di museum. Adanya buku ini menjadi bukti bahwa bangsa kita pada waktu itu telah pandai membaca bahasa Sansekerta atau bahasa Kawi. Adapun huruf yang dipakai ilah huruf Jawa yang berlaku pada waktu itu.
Saat itu para pelajar atau peserta didik memiliki istilah cantrik, djedjangan, dan putut, dari berbagai jenis istilah pelajar tersebut terdapat kemungkinan bahwa pada waktu itu telah ada pengajaran rendah, menengah, dan tinggi. Dasar-dasar pendidikan dan pengajaran ialah agama Buddha atau agama Brahma. Kesimpulan ini dapat diambil penulis dari adanya agama Buddha dan agama Brahma di tanah Jawa Tengah (Borobudur dan Prambanan).
*
Daftar Pustaka
Bradjanagara, Sutedjo. 1956. Sejarah Pendidikan Indonesia. Jakarta: Rajawali Press.
Depdikbud. 1985. Pendidikan Indonesia dari Zaman Ke Zaman.
Soemanto, Wasty dan F.X. Soeyarno.1983. Landasan Historis Pendidikan Indonesia. Surabaya: Usaha Nasional.
Kemudian kita melihat kerajaan di Jawa Barat, Tarumanegara, melalui prasastai batu bertulis di dekat Desa Batutulis, Bogor. Batu bertulis mengabarkan kepada dunia bahwa di situ pernah berdidi sebuah kerajaan bernama Tarumanegara dengan rajanya yang memerintah, Purnawarman. Kerajaan ini diperkirakan berdiri pada abad ke-5 Masehi, sementara agama yang banyak dianut adalah Hindu.
Lalu bagaimana narasi pendidikan saat itu, berkaitan dengan tempat dan waktu, alat-alat tulisnya, murid dan gurunya, serta proses belajarnya? Sayangnya, belum ada sumber kuat dan valid yang bisa menjelaskan hal tersebut. Akan tetapi, dengan adanya bukti prasati tertulis tersebut, sudah dapat dipastikan dan menunjukkan bahwasanya di saat itu sudah mengenal dan bisa baca tulis.
Dari baca tulisnya, bangsa kita sudah mampu berhubungan, bertukar pengetahuan, dan berdagang dengan bangsa lain, antara lain Cina dan India.
*
Jika dilhat dari hurufnya, prasasti Batu Tulis memakai huruf palawa-palawascrift. Asal mula huruf ini berasal dari tanah Hindu. Saat itu kerajaan Tarumanegara telah menjalin hubungan dengan kerajaan luar negeri; Tiongkok, dengan seringnya negara tersebut dutanya ke negara tersebut. Jelas para duta tersebut sudah mendapat pendidikan mengenai keahliannya, berkaitan soal bahasa dan budaya dan tata pemerintahan. Hal demikian membuktikan bahwa pada masa tersebut telah terdapat proses, institusi, kebijakan pendidikan, yang tentunya tidak bisa disamakan dengan konteks sekarang (Bradjanagara, 1954: 10-11).
Kemudian dari sumber I-Tsing dapat diketahu bahwa di Sumatera terdapat kerajaan yang kuat serta berpengaruh bernama Sriwijaya yang pusat pemerintahannya terletak di sekitar Palembang sekarang. I-Tsing dalam perjalanannya dari Kanton ke India pada 671 M singgah lagi di Sriwijaya untuk menyalin dan menerjemahkah kitab-kitab agama Buddha. Karena tidak sanggup mengerjakan pekerjaan raksasa itu sendirian, ia pulang ke Kanton menjemput empat orang untuk membantunya dan dibawa ke Sriwijaya. Di samping kitab-kitab agama yang digarapnya, ia berhasil menulis dua biografi musafir-musafir pendahulunya dan suatu karya berbobot lainnya mengenai pelaksanaan agama Buddha di India dan di Semanjung Melayu. Karya-karya ilmiahnya dikirim ke Cina melalui ulama-musafir pada 692 M. Sedangkan, I-Tsing pulang ke Kanton pada 695 M.
Dari tulisannya dapat diketahui ciri-ciri agama BUddha pada waktu itu. Begitu pula, bahwa Siwijaya adalah pusat ilmu pengetahuan tempat para sarjana dan teolog Buddha sangat dihormati dan dihargai. Oleh sebab itu, para musafir dan ulama senang mendalami ilmu pengethuan di Sriwijaya, baik yang bersumber dari agama Buddha Mahayana maupun Hinayana. Salah seorang di antara tujuh dosen yang mempunyai reputasi internasional adalah Sakyakirti. Sampai kini karya-karya Sakyakirti masih dipelajari orang di Srilanka, Tibet, Kamboja dan Jepang.
*
Seorang mahaguru Sriwijaya yang termasyhur bernama Dharmapala adalah guru besar yang pernah memberikan kuliah-kuliahnya pada "universitas" Nalanda di Benggala (India Utara) selama 30 tahun. Perguruan tinggi yang ada di Siwijaya tidak kalah mutunya dengan yang ada di tanah suci India. Maka dari itu, banyak teolog dan muusafir Buddha belajar pula di Sriwijaya (Depdikbud, 1985: 56-58).
Pada abad ke-7, Dharmapala datang di Sumatera dan memberi pelajaran agama Buddha Mahayana kepada penduduk di daerah tersebut, yang semula menganut Hinayana. Keterangan-keterangan ini diperoleh dari seorang Tiongkok yang bernama I-Tsing, yang pada 672 dan 685 M berdiam di Palembang untuk belajar. Dari ini jelaslah bahwa dasar pendidikan pada waktu itu ialah agama. Atau, dengan perkataan lain, pendidikan memusatkan perhatiannya kepada agama.
Menurut I-Tsing, "universitas" di Sriwijaya dapat menampung beratus-ratus mahasiswa biarawan Buddha dan dapat belajar dengan tenang. Mereka tinggal di asrama-asrama khusus. Sistem dan metode sesuai benar dengan yang ada di India sehingga biarawan Cina dapat belajar di Sriwijaya sebelum melanjutkan studinya ke India (Depdikbud, 1985: 60).
*
Kemudian pada abad ke-8 di Jawa Tengah berdiri Kerajaan Kalingga dengan rajanya bernama Sanjaya. Peninggalan ini berbentuk batu tulis (lingga) yang ditemukan di Desa Canggal (Karesidenan Kedu).
Kemudian kerajaan itu di perintah oleh Raja Rakai Panangkaran dari wangsa Syailendara yang beragama Buddha. Waktu raja ini berkuasa, dibangunlah Candi Borobudur, Candi Sari, dan Candi Kalasan. Di dekat Candi Borobudur tersebut dibangun suatu tempat pendidikan agama Buddha yang dipimpin oleh seorang pendeta terkenal bernama Janabadra. Sekolah ini memakai sistem asrama (biara), yaitu guru dan murid-muridnya tinggal di asrama. Akan tetapi, murid-muridnya hanya dari keluarga raja dan pendeta, rakyat biasa sama sekali tidak dapat mengeyam pendidikan formal (Soemanto dan Soeyarno, 1983: 27).
Di salah satu tembok Candi Borobudur, terlihat suatu lukisan di atas batu, yang menggambarkan suatu sekolah, seperti yang berlaku pada waktu sekarang. Kita melihat pendopo besar dan di tengah-tengah pendopo tampak di mata kita seorang Brahmana, sedang di kanan-kirinya dan dimukanya murid-murid, yang membuat lingkaran. Para siswa-siswa memegang buku, terlihat sedang menerima pelajaran membaca.
Buku apa yang sedang dibaca, tidak dapat diketahu secara pasti. Sistem yang dipakai pada waktu itu ialah sistem asrama. Siswa-siswa berdiam bersama-sama dengan Brahmana (gurunya) dalam suatu rumah. Para pendidik saat itu tidak menerima gaji, seperti zaman sekarang. Hidupnya terjamin oleh para siswanya, yang pada waktu-waktu tertentu memberikan kepadanya apa yang perlu untuk hidupnya.
Para siswa bekerja di samping belajar sehingga mereka dapat menjamin kehidupan gurunya. Buku pelajaran yang dipegang oleh para siswa terbentuk/tersusun dari rangkaian daun lontar, seperti yang sampai sekarang dapat kita lihat di Bali atau di museum. Adanya buku ini menjadi bukti bahwa bangsa kita pada waktu itu telah pandai membaca bahasa Sansekerta atau bahasa Kawi. Adapun huruf yang dipakai ilah huruf Jawa yang berlaku pada waktu itu.
Saat itu para pelajar atau peserta didik memiliki istilah cantrik, djedjangan, dan putut, dari berbagai jenis istilah pelajar tersebut terdapat kemungkinan bahwa pada waktu itu telah ada pengajaran rendah, menengah, dan tinggi. Dasar-dasar pendidikan dan pengajaran ialah agama Buddha atau agama Brahma. Kesimpulan ini dapat diambil penulis dari adanya agama Buddha dan agama Brahma di tanah Jawa Tengah (Borobudur dan Prambanan).
*
Daftar Pustaka
Bradjanagara, Sutedjo. 1956. Sejarah Pendidikan Indonesia. Jakarta: Rajawali Press.
Depdikbud. 1985. Pendidikan Indonesia dari Zaman Ke Zaman.
Soemanto, Wasty dan F.X. Soeyarno.1983. Landasan Historis Pendidikan Indonesia. Surabaya: Usaha Nasional.
SUMBER:http://fauzimerakbanten.blogspot.com/2012/05/sejarah-pendidikan-nasional-dari-masa.html
Selasa, 11 September 2012
Tutorial : Logo 67 Tahun HUT RI
Berikut cara membuat logo HUT RI ke 67:
1.) Aplikasi yang saya gunakan adalah Corel Draw
2.) Buka lembar kerja baru
3.)Buat Lingkaran, kemudian klik menu Text lalu pilih Fit Text To Path
4.) Lalu ketik "TAHUN KEMERDEKAAN INDONESIA"
5.) Kemudian gunakan menu Windows, lalu pilih Toolbar, klik Transform, lihat pada gambar 1
6.) Langkah Selanjutnya, klik ikon "Mirror Vertically" dan "Mirror Horizontally".
7.) Lalu drag titik merah di awal Kalimat hingga posisi kurang lebih 180 derajat, lihat seperti pada gambar,
8.)
Jika ingin menghilangkan garis yang terdapat pada text, kita dapat
melakukannya dengan klik kanan pada mouse kemudian pilih Properties,
pilih menu outline, kemudian "Width" nya diganti "None"
9.)
Untuk teks kita cukupi dahulu, next step buat kotak menggunakan
rectangel tolls, jika sudah klik kanan kemudian pilih "Convert To
Curves".
10.)
Gunakan Shape Tools (F10), lalu Pilih "Convert Line To Curve" pada
property bar, edit hingga berbentuk seperti gambar di bawah:
11.)
Copy gambar tersebut lalu paste, tarik hasil copy ke bawah gambar
tersebut, lalu beri warna merah pada kotak yang atas, kemudian edit
sampai seperti pada gambar
12.) Copy, Kemudian Paste gambar tersebut 2 kali hingga membentuk gambar seperti ini :
13.)
Langkah Selanjutnya membuat angka 6 dan 7, jika tidak ingin repot
gunakan font menggunakan Text Tool (F8), jangan lupa gunakan warna merah
di kedua angka tersebut, susun seperti gambar,
14.) Drag and Drop Text "TAHUN KEMERDEKAAN INDONESIA" di bawah huruf 67 dan selesai lah Logo 67 Tahun HUT RI
FOTO KEGIATAN SEKOLAH
Ini foto ketika class meeting
Kalo ini foto di kelas saat KBM
Kalo ini foto waktu alim mau serve bola pas class meeting
Tutorial Cara Posting di Blog
Bagi anda yang mengalami sedikit kendala tentang tata cara memposting
suatu artikel kedalam blog, maka kali ini akan di bahas tentang tata
cara posting di blogger.com.
Di dalam menu posting ada beberapa toolbar yang bisa anda gunakan.Jika
anda sudah terbiasa menggunakan microsoft Word ataupun microsoft Excel
tentu barangkali tidak akan mengalami kesulitan ketika memposting suatu
artikel, tapi mungkin tidak ada salahnya bila saya bahas sekilas tentang
ini, barangkali ada di antara teman kita yang masih bingung.
Toolbar yang ada ketika posting :
--> Untuk merubah jenis hurup yang di gunakan
--> Untuk merubah ukuran hurup (heading)
--> Untuk Menebalkan hurup
--> Untuk memiringkan hurup
--> Untuk merubah warna hurup
--> Untuk membuat link
--> Untuk membuat artikel menjadi rata kiri
--> Untuk membuat tulisan menjadi di tengah
--> Untuk membuat artikel menjadi rata kanan
--> Untuk membuat artikel menjadi rata kiri dan rata kanan
--> Untuk membuat sub bahasan oleh angka
--> Untuk membuat sub bahasan oleh bullet
--> Untuk mengecek spelling
--> Untuk memasukan gambar(upload gambar)
--> Untuk membuat artikel dalam kode HTML
--> Untuk membuat artikel dalam mode Compose (biasa)
--> Untuk me review (melihat) artikel
Cara penggunaan toolbar di atas adalah blok (beri tanda) terlebih dahulu tulisan yang akan di edit, kemudian tekan tombol toolbar yang di inginkan.
Langkah-langkah dalam memposting suatu artikel:
SUMBER: http://www.krtutorplus.com
Toolbar yang ada ketika posting :

















Cara penggunaan toolbar di atas adalah blok (beri tanda) terlebih dahulu tulisan yang akan di edit, kemudian tekan tombol toolbar yang di inginkan.
Langkah-langkah dalam memposting suatu artikel:
- Sebaiknya klik terlebih dahulu “ Edit HTML”,jika langsung di mode “Compose”, sering terjadi hang pada komputer (pengalaman saya pribadi). Copy artikel yang telah anda buat sebelumnya, kemudian paste di area posting. Edit sesuai dengan kemauan anda.
- Klik tombol “ compose “ untuk melakukan editing (jika anda masih bingung dengan kode HTML).
- Klik tombol tool yang berlambang “ panorama” berwarna biru, jika anda ingin memasukan gambar ataupun photo untuk menghiasi posting-an anda.
- Klik tombol “ Preview “ untuk melihat hasil posting-an anda yang nantinya akan tampil di dalam blog, barangkali masih ada yang perlu di edit.
- Klik tombol “ publish “. Selesai. Tulisan hasil karya anda akan bisa dilihat dan di baca oleh seluruh dunia.
SUMBER: http://www.krtutorplus.com
TUTORIAL MEMBUAT BLOG
1. Membuat Email di Gmail.com
Blogger.com sudah di akusisi oleh google, jadi
langkah pertama dalam membuat blog di blogspot ialah kita wajib untuk
memiliki akun GMAIL sebagai email yang digunakan untuk daftar di
blogger.com. Walaupun sebenarnya bisa menggunakan email lain tapi
percaya deh mending make GMAIL dari awal.
Cara Membuat Email di Gmail
Daftar GMAIL gratis buka www.gmail.com lalu klik di pojok kanan atas Create An Account atau Buat Akun.
Biasanya
dalam membuat email di GMAIL kita perlu verifikasi lewat nomor
handphone jadi usahakan masukan nomor handphone yang bisa dikirimin sms
dari Google untuk verifikasi.
Setelah email di Gmail dibuat baru kita bisa melanjutkan ke step 2 membuat blog.
2. Daftar di Blogger.com
Setelah membuat email di GMAIL sekarang saatnya daftar di www.Blogger.com buka www.blogger.com lalu klik bagian kanan atas yang bertulisan 'sign up atau daftar'
Isi data-data sesuai keinginan :
- email : email GMAIL yang kita buat tadi di tahap 1
- Password : pilihlah password minimal 8 karakter
- Display Name (nama tampilan) : Merupakan nama yang digunakan sebagai nama kita di akun blog nanti. Misal aku memilih nama "ayead gaptek" maka nama yang akan muncul ketika aku posting nanti ialah "posted by ayead gaptek atau diposting oleh ayead gaptek"
- Gender (Jenis Kelamin) : pilih kelamin sesuai kenyataan atau kalau ragu pilih "other atau lainnya"
- Birthday (tanggal lahir) : masukan dengan format tanggal/bulan/tahun misal jika tanggal lahir 17 agustus 1945 maka yang dimasukkan = 17/08/1945 jika dalam format bahasa inggris seperti gambar dibawah maka format tanggalnya ialah bulan/tanggal/tahun
- Word Verification (verifikasi) : masukan karakter yang terdapat di bawah
- Lalu centang Acceptance of terms (penerimaan peryaratan)
- Klik Continue / Lanjutkan
Sampai proses diatas sobat sudah selesai cara membuat akun Blogger, sekarang saatnya membuat BLOGnya.
Di akun blogger klik "Blog baru" untuk membuat blog. Lalu akan muncul halaman untuk memilih Judul, Alamat Blog dan Template.
Pilih Judul dan Alamat blog.
- Judul digunakan sebagai penama blog, misal untuk blog ini dulu kuberi judul Blognya Ayead Tergaptek
- Alamat merupakan url alamat blog yang diinginkan misal alamat blog blogayead.blogspot.com
Saran
Gaptek : dalam memilih judul dan nama blog jangan pilih yang aneh atau
susah dieja maupun menggunakan simbol yang aneh-aneh. Pilih yang mudah
diingat orang lain dan tidak membingungkan.
Memilih Template Blog
Ada berbagai template bawaan dari blogger yang tersedia sobat bisa memilih terserah sesuai dengan yang disuka lalu klik 'Buat Blog'
4. Blog Sudah Jadi
Selamat ! sampai disini blog sudah berhasil dibuat, namun masih kosong.
Sumber: www.tergaptek.com
THIS IS ABOUT MY SCHOOL
Hallo
semuanya, pada kali ini saya akan menceritakan tentang sekolah saya yang
bernama SMAN 106 Jakarta. Sekolah saya ini terletak di daerah Pekayon, Pasar
Rebo Jakarta Timur. Kepala sekolah saya bernama Ibu Era Yulvita dan komite saya
kebetulan merupakan komite baru yang pernama Bapak Wawan Purnawiranto. Beliau
merupakan salah satu anggota BIN dan merupakan pengamat pendidikan. Di masa
kerjanya yang baru beliau membuat program-program sekolah yang menurut saya
bagus. Setiap kelas diberikan tugas masing-masing seperti jurnal ilmiah, koran
dan lain sebagainya. Di sekolah saya juga akan diadakan lomba pidato bahasa
Indonesia dan lomba pidato bahasa inggris antar siswa. Di sekolah ini saya
sekarang kelas 3 atau tepatnya kelas XII Ips 1. Disekolah saya terdapat
bermacam-macam ekstrakulikuler seperti futsal, modern dance, volley, paduan
suara, paskibra, pmr, english conversation dan lain sebagainya. Ekstrakulikuler
futsal di sekolah saya telah beberapa kali memenangkan kompetesi atau
pertandingan antar sekolah dan mendapat beberapa piala. Selain itu beberapa
waktu yang lalu sekolah saya juga mengadakan seminar nasional yang tentunya
merupakan suatu kebanggaan keluarga besar SMAN 106 Jakarta. Selain menceritakan
tentang ekstrakulikuler, saya juga akan menceritakan tentang suasana di sekolah
saya. Kesan pertama ketika saya berada di sekolah ini yaitu asri dan rindang.
Ya sekolah saya banyak ditumbuhi tanaman dan pohon yang besar sehingga membuat
sekolah saya terlihat lebih hijau dan asri. Serta merupakan tempat yang nyaman
untuk kegiatan belajar mengajar. Di sekolah saya juga terdapat tempat yang
nyaman dan sangat mengasyikan yang biasa di sebut gazebo. Gazebo di sekolah
saya seperti kolam kecil yang diapit oleh jembatan dan mempunyai background
seperti di hutan. Tempat yang enak untuk berfoto-foto ria. Di gazebo juga
terdapat tempat seperti altar yang biasa digunakan untuk kegiatan belajar
mengajar outdoor. Jadi ketika muridnya bosan belajar hanya di dalam ruangan
kelas, siswa siswi juga biasa minta belajar di gazebo. Guru-guru di sekolah
saya pun beberapa ada yang mengasyikan. Ada yang biasa diajak jadi tempat
curhat dan sharing dan lain sebagainya. Ohiya di sekolah saya juga sedang
dibangun masjid yang hampir jadi, denger-denger sih nantinya akan menjadi
masjid sekolah terbesar se-DKI Jakarta. Di sekolah saya juga tegas akan tata
tertib, jika ada yang melanggar akan di kenakan sanksi seperti jika memakai
sepatu sekolah bukan warna hitam akan disita dan dikembalikan ketika pulang
sekolah. Selain itu kalo ketahuan guru tidak memakai dasi atau gesper akan di
tulis di buku point masing-masing siswa. Sekian dulu cerita mengenai sekolah
saya. Walaupun ketat akan tata tertib sekolah saya merupakan tempat ternyaman
untuk menuntut ilmu. Sekian, terima kasih……
Langganan:
Postingan (Atom)